Sabtu, 18 Juni 2011

KEBISINGAN

KEBISINGAN
Definisi Kebisingan :
Dalam Kesehatan Kerja, kebisingan dapat diartikan sebagai suara yang dapat menurunkan pendengaran baik secara kwantitatif (peningkatan ambang pendengaran) maupun secara kwalitatif ( penyempitan spektrum pendengaran), berkaitan dengan faktor intensitas , frekuensi, durasi dan pola waktu.
Kebisingan didefinisikan sebagai “suara yang tak dikehendaki, misalnya yang merintangi terdengarnya suara-suara, musik dsb, atau yang menyebabkan rasa sakit atau yang menghalangi gaya hidup. (JIS Z 8106 [IEC60050-801] kosa kata elektro-teknik Internasional Bab 801 : Akustikal dan elektroakustik)”.
Jadi dapat disimpulkan bahwa kebisingan adalah bunyi atau suara yang tidak dikehendaki dan dapat mengganggu kesehatan, kenyamanan serta dapat menimbulkan ketulian.
Gangguan Pendengaran
Adalah perubahan pada tingkat pendengaran yang berakibat kesulitan dalam melaksanakan kehidupan normal, biasanya dalam hal memahami pembicaraan.
Secara kasar, gradasi gangguan pendengaran karena bising itu sendiri dapat ditentukan menggunakan parameter percakapan sehari-hari sebagai berikut :
Gradasi Parameter
Normal Tidak mengalami kesulitan dalam percakapan biasa (6 m)
Sedang Kesulitan dalam percakapan sehari-hari mulai jarak >1,5 m
Menengah Kesulitan dalam percakapan keras sehari-hari mulai jarak >1,5 m
Berat Kesulitan dalam percakapan keras/berteriak pada jarak >1,5 m
Sangat berat Kesulitan dalam percakapan keras/berteriak pada jarak <1,5 m Tuli total Kehilangan kemampuan pendengaran dalam berkomunikasiMenurut ISO derajat ketulian adalah sebagai berikut : • Jika peningkatan ambang dengar antara 0 - <25 dB, masih normal• Jika peningkatan ambang dengar antara 26 – 40 dB, disebut tuli ringan• Jika peningkatan ambang dengar antara 41 – 60 dB, disebut tuli sedang• Jika peningkatan ambang dengar antara 61 – 90 dB, disebut tuli berat • Jika peningkatan ambang dengar antara >90 dB . disebut tuli sangat berat
Mengukur Tingkat Kebisingan
Untuk mengetahui intensitas bising di lingkungan kerja, digunakan Sound Level Meter. Untuk mengukur nilai ambang pendengaran digunakan Audiometer. Untuk menilai tingkat pajanan pekerja lebih tepat digunakan Noise Dose Meter karena pekerja umumnya tidak menetap pada suatu tempat kerja selama 8 jam ia bekerja. Nilai ambang batas (NAB) intensitas bising adalah 85 dB dan waktu bekerja maksimum adalah 8 jam per hari.
• Sound Level Meter adalah alat pengukur suara. Mekanisme kerja SLM apabila ada benda bergetar, maka akan menyebabkan terjadinya perubahan tekanan udara yang dapat ditangkap oleh alat ini, selanjutnya akan menggerakkan meter penunjuk.
• Audiometer adalah alat untuk mengukur nilai ambang pendengaran. Audiogram adalah chart hasil pemeriksaan audiometri. Nilai ambang pendengaran adalah suara yang paling lemah yang masih dapat didengar telinga.
Nilai Ambang Batas Kebisingan
Adalah angka dB yang dianggap aman untuk sebagian besar tenaga kerja bila bekerja 8 jam/hari atau 40 jam/minggu.
Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Koperasi No. SE-01/MEN/1978, Nilai Ambang Batas untuk kebisingan dii tempat kerja adalah intensitas tertinggi dan merupakan nilai rata-rata yang masih dapat diterima tenaga kerja tanpa mengakibatkan hilangnya daya dengar yang tetap untuk waktu terus menerus tidak lebih dari 8 jam sehari atau 40 jam seminggunya. Waktu maksimum bekerja adalah sebagai berikut :
 82 dB : 16 jam per hari
 85 dB : 8 jam per hari
 88 dB : 4 jam per hari
 91 dB : 2 jam per hari
 97 dB : 1 jam per hari
 100 dB : ¼ jam per hari
Jenis Kebisingan :
Berdasarkan sifat dan spektrum frekuensi bunyi, bising dapat dibagi atas :
1. Bising yang kontinyu dengan spektrum frekuensi yang luas. Bising ini relatif tetap dalam batas kurang lebih 5 dB untuk periode 0,5 detik berturut-turut. Misalnya mesin, kipas angin, dapur pijar.
2. Bising yang kontinyu dengan spektrum frekuensi yang sempit. Bising ini juga relatif tetap, akan tetapi ia hanya mempunyai frekuensi tertentu saja (pada frekuensi 500, 1000, dan 400 Hz). Misalnya gergaji serkuler, katup gas.
3. Bising terputus-putus (Intermitten). Bising disini tidak terjadi secara terus menerus, melainkan ada periode relatif tenang. Misalnya suara lalu lintas, kebisingan di lapangan terbang.
4. Bising Impulsif. Bising jenis ini memiliki perubahan tekanan suara melebihi 40 dB dalam waktu sangat cepat dan biasanya mengejutkan pendengarnya. Misalnya tembakan, suara ledakan mercon, meriam.
5. Bising Impulsif berulang. Sama dengan bising impulsif, hanya saja disini terjadi secara berulang-ulang. Misalnya mesin tempa.
Berdasarkan pengaruhnya terhadap manusia, bising dapat dibagi atas :
1. Bising yang mengganggu (irritating noise). Intensitas tidak terlalu keras. Misalnya mendengkur.
2. Bising yang menutupi (Masking noise). Merupakan bunyi yang menutupi pendengaran yang jelas. Secara tidak langsung bunyi ini akan membahayakan kesehatan dan keselamatan tenaga kerja, karena teriakan atau isyarat tanda bahaya tenggelam dalam bising dari sumber lain.
3. Bising yang merusak (Damaging/Injurious noise). Adalah bunyi yang intensitasnya melampaui NAB. Bunyi jenis ini akan merusak atau menurunkan fungsi pendengaran.
Pengaruh Bising Terhadap Tenaga Kerja
Bising menyebabkan berbagai gangguan terhadap tenaga kerja, seperti gangguan fisiologis, gangguan psikologis, gangguan komunikasi dan ketulian, atau ada yang menggolongkan gangguannya berupa gangguan auditory, misalnya gangguan terhadap pendengaran dan gangguan non auditory seperti komunikasi terganggu, ancaman bahaya keselamatan, menurunnya performance kerja, kelelahan dan stress.
Lebih rinci lagi, maka dapatlah digambarkan dampak bising terhadap kesehatan pekerja sebagai berikut :
1. Gangguan Fisiologis
Gangguan dapat berupa peningkatan tekanan darah, peningkatan nadi, basal metabolisme, konstruksi pembuluh darah kecil terutama pada bagian kaki, dapat menyebabkan pucat dan gangguan sensoris.
2. Gangguan Psikologis
Gangguan psikologis dapat berupa rasa tidak nyaman, kurang konsentrasi, susah tidur, emosi dan lain-lain. Pemaparan dalam jangka waktu lama dapat menimbulkan penyakit, psikosomatik seperti gastritis, penyakit jantung koroner dan lain-lain.
3. Gangguan Komunikasi
Gangguan komunikasi ini menyebabkan terganggunya pekerjaan, bahkan mungkin terjadi kesalahan, terutama bagi pekerja baru yang belum berpengalaman. Gangguan komunikasi ini secara tidak langsung akan mengakibatkan bahaya terhadap keselamatan dan kesehatan tenaga kerja, karena tidak mendengar teriakan atau isyarat tanda bahaya dan tentunya akan dapat menurunkan mutu pekerjaan dan produktivitas kerja.
4. Gangguan Keseimbangan
Gangguan keseimbangan ini mengakibatkan gangguan fisiologis seperti kepala pusing, mual dan lain-lain.
5. Gangguan terhadap pendengaran (Ketulian)
Diantara sekian banyak ganggguan yang ditimbulkan oleh bising, gangguan terhadap pendengaran adalah gangguan yang paling serius karena dapat menyebabkan hilangnya pendengaran atau ketulian. Ketulian ini dapat bersifat progresif atau awalnya bersifat sementara tapi bila bekerja terus menerus di tempat bising tersebut, maka daya dengar akan menghilang secara menetap atau tuli.
Menurut definisi kebisingan, apabila suatu suara mengganggu orang yang sedang membaca atau mendengarkan musik, maka suara itu adalah kebisingan bagi orang itu meskipun orang-orang lain mungkin tidak terganggu oleh suara tersebut. Meskipun pengaruh suara banyak kaitannya dengan faktor-faktor psikologis dan emosional, ada kasus-kasus dimana akibat-akibat serius seperti kehilangan pendengaran terjadi karena tingginya tingkat kenyaringan suara pada tingkat tekanan suara berbobot A atau karena lamanya telinga terpasang terhadap kebisingan tersebut.
Tabel Jenis-jenis dari Akibat-akibat kebisingan
Tipe Uraian
Akibat-akibat badaniah Kehilangan pendengaran Perubahan ambang batas sementara akibat kebisingan, Perubahan ambang batas permanen akibat kebisingan.
Akibat-akibat fisiologis Rasa tidak nyaman atau stress meningkat, tekanan darah meningkat, sakit kepala, bunyi dering.
Akibat-akibat psikologis Gangguan emosional Kejengkelan, kebingungan
Gangguan gaya hidup Gangguan tidur atau istirahat, hilang konsentrasi waktu bekerja, membaca, dsb.
Gangguan pendengaran Merintangi kemampuan mendengarkan TV, radio, percakapan, telpon dsb.

Tuli sementara (Temporary Treshold Shift = TTS)
Terjadi karena diakibatkan pemaparan terhadap bising dengan intensitas tinggi, tenaga kerja akan mengalami penurunan daya dengar yang sifatnya sementara. Biasanya waktu pemaparannya terlalu singkat. Apabila kepada tenaga kerja diberikan waktu istirahat secara cukup, daya dengarnya akan pulih kembali kepada ambang dengar semula dengan sempurna.
Tuli menetap (Permanent Treshold Shift = PTS)
Biasanya akibat waktu paparan yang lama (kronis). Besarnya PTS di pengaruhi oleh faktor-faktor berikut :
• Tingginya level suara
• Lama pemaparan
• Spektrum suara
• Temporal pattern, bila kebisingan yang kontinyumaka kemungkinan terjadinya TTS akan lebih besar.
• Kepekaan individu
• Pengaruh obat-obatan
Beberapa obat dapat memperberat (pengaruh synergistik) ketulian apabila diberikan bersamaan dengan kontak suara. Misalnya quinine, aspirin, streptomycin, kansmycin dan beberapa obat lainnya.
• Keadaan kesehatan
Faktor yang Berpengaruh Terhadap Ketulian
Sebenarnya ketulian dapat disebabkan oleh pekerjaan (occupational hearing loss), misalkan akibat kebisingan, trauma akustik, dapat pula disebabkan oleh bukan karena kerja (non-occupational hearing loss).
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap ketulian akibat kerja (occupational hearing loss), adalah sebagai berikut :
 Intensitas suara yang lebih tinggi.
 Usia karyawan .
 Ketulian yang sudah ada sebelum bekerja (Pre-employment hearing impairment).
 Tekanan dan frekuensi bising tersebut.
 Lamanya bekerja .
 Jarak dari sumber suara.
 Gaya hidup pekerja di luar tempat kerja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar